Banyak yang penasaran dengan Air Terjun Sitongging di Sumatra Utara. Katanya, air terjun itu terhimpit diantara bukit-bukit dan penuh perjuangan untuk bisa kesana. Karna penasaran, akhirnya ayah memutuskan untuk mengajak kami berlibur mengelilingi wisata-wisata yang ada di Sumatra utara, dan tujuan utama kami adalah Wisata Air Terjun Sitongging.

Hari minggu ,tepatnya tanggal 11 agustus 2013 lalu kami sekeluarga berlibur. kami melakukan perjalanan selama seminggu dari Pekanbaru Riau menuju Sumatra utara. Selain penasaran dengan  Wisata Air Terjun Sitongging , kami juga penasaran apa-apa saja tempat wisata yang ada disana. Kami mengunjungi beberapa tempat bersejarah diantaranya Masjid Raya Al-Mashun  di Medan yang didirikan pada tahun 1906 dan di gunakan pertama kali pada tahun 1909, masjid ini didirikan oleh Sultan Ma’moen  Al-Rasyid Perkasa Alam Syah (SULTAN DELI IX).

Tempat bersejarah lainnya selain Masjid Raya Medan yaitu Istana Maimun yang berjarak 200 meter  dari masjid itu. Istana Maimun berdiri pada tanggal lahir aku, yaitu 26 Agustus dan tahun 1888 yang didirikan oleh Door.Z.H. Den Sultan Van Deli Mahmoed El Rasjid Perkasa Alam Sja. Sayangnya, hanya sedikit peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di istana, selebihnya istana itu diisi dengan jualan cendramata sebagai kenang-kenangan.

Perjalanan kami hampir seharian dari tempat-tempat bersejarah yang ada di Medan.  Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke Brastagi.  Kami menuju Puncak Panorama. Tikungan jalan menuju puncak itu sangat tajam , tikungannya lebih tajam dari kelok sembilan yang ada di Bukit Tinggi Sumatra Barat. Kami melewati jalur naga yang berbahaya menaiki bukit. Selama perjalanan menuju puncak, angin-angin disana bertiup  kencang, di tengah perjalanan kami singgah di Pabrik Aqua, dari sana sudah terlihat banyak gunung yang tinggi.

Setelah beberapa menit dari pabrik aqua dengan tiupan angin gunung yang sangat kencang, sore itu kami langsung berlanjut ke Wisata Air Panas Gunung  Sibayak. Wahhh…. ! Dari bawah bukit, terlihat awan-awan yang mengelilingi gunung tinggi itu. Dari tempat pemandian air panas terlihat gunung sibayak dengan belerang-belerang yang menimbulkan asap. Bau belerang di air panas itupun sangat khas. Kuasa Tuhan, di daerah pegunungan yang dingin seperti air es ini , ternyata ada tempat perendaman air panas yang menenangkan dan menyehatkan yang pastinya juga menyegarkan.

Karna waktu magrib tiba, kami melanjutkan perjalanan menuju rumah paman supir untuk menginap semalaman di sana. Di perjalanan, aku sangat kedinginan . Sungguh dingin suhu disana saat itu, kepalaku sangat pusing dan rasanya ingin muntah. Akhirnya kami pun sampai dirumah itu, tepatnya di bawah kaki gunung. Pantas saja suhu udaranya dingin banget, wong ternyata rumahnya di kaki gunung. Disana orangnya sangat ramah. Kami makan malam dan di buatkan teh untuk menghangatkan badan. Ibuku sangat kedinginan menggigil. Kami beristirahat disana dengan tutupan selimut yang amat tebal.

Pagipun tiba, keadaan badan kami yang semalam kedinginan mulai membaik dan siap untuk melanjutkan perjalanan ketempat wisata lainnya. Kami berlanjut ke Puncak Gundaling Brastagi. Disana kami foto dengan kuda. Moment foto dengan kuda harus di abadikan karna itu  pertama kalinya aku naik delman (tunggangan kuda) bersama adik dan ibuku. Ada yang unik disana. Kuda yang kunaiki untuk delman adalah kuda betina . Aku heran kenapa  kuda betina dipakai untuk penumpang yang banyak, sedangkan kuda jantan dipakai untuk satu orang, padahal lebih kuat kuda jantan dari pada kuda betina. Katanya sih, kuda betina di pakai untuk penumpang yang banyak dikarnakan kuda betina lebih mudah di atur, sedangkan kuda jantan susah diatur. Jika dipakai untuk penumpang yang banyak, maka kuda jantan akan lari.

Setelah puas menghirup udara di puncak gundaling selama kurang lebih 1 jam, kami berlanjut ke wisata utama kami yaitu Wisata Air Terjun Sitongging. Menuju perjalanan kesana, dari kejauhan aku sudah melihat air terjun yang terlihat kecil itu terhimpit di antara tiga bukit. Air Terjun itu tepat berada di tengah-tengah bukit yang saling berhimpit. Sungguh pemandangan yang takjub. Luar biasa, kuasa Tuhan yang telah menciptakan.

Untuk melihat air terjun secara langsung ,  harus ada perjuangan yang kuat . Karena nantinya, bagi para wisatawan yang ingin melihat jernihnya air dan merasakan deras sejuknya air terjun. Mereka harus turun dan naik bukit yang kurang lebih berjumlah  seribu tangga. Penuh perjuangan bukan?

Awalnya sih aku ragu untuk turun dikarnakan jauh dan jalan tangganya ada jurang. Tapi aku sangat penasaran. Akhirnya akupun turun kebawah melewati seribu tangga. Ketika sampai di pertengahan jalan, aku melihat pemandangan seperti yang kulihat dalam lukisan. Danau Toba  terhimpit di antara dua bukit, sungguh pemandangan yang indah, kami berfoto disana.

Sampai dibawah, “wow………………………..! amazing…..!” air terjunnya sungguh sangat deras, hembusan angin sangat kencang. Airnya dingin seperti es batu, kami berada di batu-batuan tepat berada di bawah air terjun itu. “Fantastik……….! ”. Bajuku habis basah terkena semburan air terjun.  Adikku fadli kedinginan menggigil karna dinginnya air. Waktu di fotopun kelihatan banget menggigilnya. Sekitar 10 menit kami menikmati semburan air terjun dari bawah , baru kemudian kami kembali menaiki tangga ke atas. “Haduh………….. bener-bener capek pokoknya, , penuh perjuangan dah……!”. Kami banyak berhenti di jalan, tangganya sangat banyak.

Sampai di atas , kami melanjutkan perjalanan  ke Danau Toba. Di Danau Toba orang yang berkunjung tak begitu ramai. Kami mendapati rumah makan yang berada tepat di samping masjid. Di belakang rumah makan ada kolam berenang yang berdempetan dengan Danau Toba. Adik-adikku mandi disana. Sedangkan aku ,aku menikmati angin sejuk di sekitar danau sambil berfoto selfie.

Sore  pun tiba, kami melanjutkan perjalanan untuk pulang kampung ke Rohul. Selama  perjalanan menaiki bukit, banyak kami lihat kuburan –kuburan orang kristen dengan hiasan seperti rumah, kuburannya mewah-mewah yang berada di tengah hutan perbukitan itu. Di perjalanan kami melihat kebun teh yang berada di Pematang Siantar. Ini pertama kalinya bagiku melihat kebun teh yang begitu luas dan rapi. Pokoknya kebun teh nya keren deh.

Tak lama kami singgah di kebun teh, aku mendapat satu informasi. Kata masyarakat disana, ada pabrik teh yang sudah tutup setahun yang lalu dikarnakan harga teh pada saat itu menurun drastis. Jadi pemilik pabrik teh itu tidak sanggup membayar pekerja-pekerjanya, dan pada akhirnya pabrik itu pun di tutup. Pantas saja, sepanjang perjalanan banyak ku lihat  pohon teh yang sudah tinggi seperti tidak terawat lagi, ternyata itu penyebabnya. Walaupun pabrik teh itu sudah di tutup dan pemiliknya pergi setahun yang lalu, pekerja-pekerja disana tetap merawat pabrik itu, itu sebagai tanda  terimakasih mereka. Kata orang disana, tidak tahu kapan pabrik itu akan dibuka lagi. Yah……… semoga saja secepatnya pabrik itu di buka kembali.

Huh..hah…hih…heh..hoh! begitu lelahnya, akhirnya aku dan keluarga sampai dikampung halaman tempat aku dilahirkan, tepatnya di Pasir Pengarayan Kabupaten Rokan Hulu. Itulah perjalanan travellingku bersama keluarga sekitar 5 tahun yang lalu. Sampai di sini ceritanya. Sekian dan terimakasih telah membaca. Salam hangat dari penulis.

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here